Perencanaan dan
Perancangan Produk
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Manajemen Operasional
Dosen pengampu Ratih Hesty Utami P, SE, MM

Disusun Oleh

UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
FAKULTAS EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
PO.BOX. 53 Gondangmanis Bae Kudus, Telp:
(0291) 438229 ext. 123, Fax: (0291) 437198, Website www.umk.ac.id
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
Desain produk merupakan
hal yang sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain produk yang baik akan
dapat meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk, sehingga dapat
meningkatkan keuntungan secara optimal. Akan tetapi, desain produk yang gagal
mengakibatkan produk tidak terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan
kerugian tidak hanya dibidang desain saja, bidang yang lain pun akan terkena
imbasnya.
Desain produk yang baik,
harus memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang sering disebut segitiga aspek
produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah, dan jadwal yang tepat.
Selanjutnya segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi suatu
persyaratan dalam desain, yaitu desain harus dapat dirakit, didaur ulang,
diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta waktu yang
tepat. Untuk itu dalam mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara
detail tentang fungsi-fungsi dari produk yang didesain. Guna mengetahui secara
rinci tentang fungsi produk, dapat dilakukan dengan beberapa metode pendekatan
mikro (MC, MR, Equilibrium), Linier Programming/Dualitas, dan Manajemen
Keuangan (BEP).
Pada penulisan makalah ini, tentunya mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian rancangan produk.
2.
Mahasiswa
mengetahui jenis dan jumlah produk yang akan diproduksi.
3.
Mahasiswa
mengetahui tentang siklus produk (PLC).
4.
Mahasiswa
mengetahui strategi pengenalan dan pengembangan produk baru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rancangan produk adalah
hasil dari pengembangan suatu strategi bisnis (business strategy) dan merupakan kunci bagi kelangsungan hidup
perusahaan. Menurut pandangan ini, “Anda harus membuat apa yang dapat dijual”.
Produk baru ditentukan oleh pasar berdasarkan kebutuhan pelanggan.”
Jenis produk terdiri dari berikut ini:
a. Shopping
Goods
Barang yang memerlukan pertimbangan
kualitas, harga, gaya kemasan dan jenis.
Contohnya : TV, jam tangan, kulkas, permata, dan sebagainya.
b. Convinience
Goods
Barang konsumsi yang sifatnya mudah dicari
bila diperlukan setiap saat dan tersedia di took / warung terdekat. Contohnya : es krim, rokok, sabun, gula,
permen dan sebagainya.
c. Speciality
Goods
Barang kebutuhan konsumen, tetapi
memerlukan pelayanan khusus dan terdapat ditoko / tempat tertentu. Contohnya : mobil mewah, jam tangan mewah,
permata dan sebagainya.
Ditinjau dari proses,
produk dibagi menjadi produk massa dan produk pesanan. Produk massa adalah produk yang dibuat secara
terus menerus dan berujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Jumlah produk yang dihasilkan relatif banyak
dan sejenis. Contoh : semen, sabun, TV,
handphone, pasta gigi, sampo.
Adapun produk pesanan
adalah produk yang dibuat secara terputus-putus dan bertujuan untuk memenuhi
pesanan pelanggan. Jumlah produk yang
dihasilkan terbatas sesuai jumlah pesanan dan produknya beraneka ragam sesuai
pesanan. Contoh : cetakan undangan,
kartu nama, kusen rumah.
Jumlah Produk yang akan
diproduksi:
1.
Pendekatan
Mikro
Biaya marjinal (MC) adalah satu faktor pada perubahan
biaya variable rata rata(AVC) dan otomaits biaya total rata rata (AC) ikut
berubah, contoh bila nilai MC lebih kecil dari AC, maka nilai AC juga akan
turun, sebaliknya bila nilai MC lebih besar dari nilai AC, maka nilai AC juga
ikut naik.
Bila kondisi perusahaan MR = MC (pendapatan marjinal
= biaya marjinal), ini merupakan
satu faktor perusahaan memperoleh keuntungan maksimal.
Penerimaan
Marginal (Marginal Revenue)
Marginal Revenue merupakan Tambahan penerimaan yang
diperoleh sebagai hasil dari penjualan satu unit produk lagi.
Analisi
Keseimbangan Umum (general equilibrium analysis)
Analisis Keseimbangan Umum, membahas hubungan antara
pasar yang satu dengan pasar yang lainnya,khususnya antara pasar barang dan
pasar faktor sebagai satu keseluruhan(general). karena kenyataannya harga
dipasar yang satu ikut mempengaruhi harga di pasar-pasar yang lain, baik dalam
jangka panjang maupun pendek. setiap perubahan permintaan atau penawaran di
pasar yag satu berkaitan dengan dan ikut mempengaruhi permintaan dan penawaran
di pasar yang lain.
2.
Linear
programming (LP)
adalah suatu pendekatan matematis untuk menyelesaikan
suatu permasalahan agar didapatkan hasil yang optimal.Permasalahan yang sering
diselesaikan dengan Linear Programming adalah dalam pengalokasian factor-faktor
produksi yang terbatas jumlahnya terhadap berbagai kemungkinan produksi
sehingga didapatkan manfaat yang optimal (maksimal dan minimal).Sasaran
maksimal, misalnya secara efisien sehingga manfaat yang ingin dicapai (jumlah produksi/nilai
penjualan/laba, dan lain-lain) menjadi maksimal. Sasaran minimal misalnya,
bagaimana mencari kombinasi produksi agar penggunaan faktor-faktor produksi
minimal tetapi manfaat yang dicapai (dari kombinasi produksi) tidak lebih
rendah dari angka yang diinginkan ( Tarigan, 2005).
Awal mula timbulnya
konsep product life cycle (PLC) atau siklus kehidupan produk tidaklah
diketahui dengan persis. Tetapi sejak Raymon Prescott memanfaatkan kurva “S
shape” untuk menggambarkan trend penjualan mobil di Amerika Serikat pada tahun
1992, makal tatkala itulah sesungguhnya telah dibeberkan konsep PLC.
Secara sederhana, konsep
ini menyatakan bahwa hampir semua produk baru yang ditawarkan kepada masyarakat
akan menjalani suatu siklus kehidupan yang terdiri atas 4 (empat) tahap dalam
periode waktu terbatas (lihat gambar 1). Tiap tahap dalam PLC, membuka
kesempatan-kesempatan baru dan menimbulkan masalah-masalah baru bagi manajemen
produksi. Bila diketahui kedudukan produk dalam siklus kehidupannya, maka dapat
dirumuskan rencana perbaikan disain dan pengembangan produk yang lebih baik.

Gambar 1 Product Life Cycle
Secara ringkas keempat
tahap PLC tersebut dapat diperinci sebagai berikut:
- Tahap Pengenalan (Introduction). Bila produk baru diperkenalkan, operasi pejualan tidak selalu bekerja baik. Masih terdapat masalah kelambatan dalam perluasan kapasitas produksi, masalah-masalah teknis yang belum dapat diatasi, dan harga tinggi. Hanya para konsumen yang suka mencoba-coba mungkin membeli pada tahap ini, sehingga kegiatan pemasaran perusahaan sangat krusial untuk menimbulkan “awareness”, perhatian, percobaan dan pembelian.
- Tahap pertumbuhan (growth). dalam tahap ini, produk di perbaiki dan distandardisasi, menjadi dapat diandalkan dalam penggunaan dan harga lebih rendah, serta para konsumen membeli dengan sedikit desakan. Kuantitas penjualan perusahaan akan meningkat cukup besar. Bagian penelitian dan pengembangan perusahaan peting untuk terus mempertahankan kenaikan penjualan melalui usaha-usaha perbaikan kualitas model produk serta mengembangkan dan menambah model-model dan “feature” baru pada produk.
- Tahap kejenuhan (maturity). Kebanyakan produk yang ada dipasaran sekarang, seperti televisi, alat-alat dan perlengkapan rumah tangga, radio, mobil, dan sebagainya, berada dalam tahap kejenuhan. Produk adalah “matang”, keandalan dalam “performance”, harga wajar, dan tidak terjadi perubahan banyak dari tahun ke tahun. Volume penjualan mulai menurun pertambahannya karena setiap orang atau pembeli potensial sekarang telah memiliki produk, sehingga penjualan sangat tergantung pada penggantian (replacement) dan pertambahan penduduk. Tugas manajemen produksi pada tahap ini adalah memodifikasi produk (peningkatan kualitas, penambahan “feature” dan model) dan mengusahakan inovasi produk baru.
- Tahap penurunan (decline). Hampir semua produk akan sampai pada tahap keempat, tahap penurunan dalam permintaan, bila produk-produk digantikan oleh yang baru. Tetapi tidak semua produk akan mengalami tahap ini, sebagai contoh, pisau, sendok dan garpu, klip dan gunting kertas telah digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Produk-produk lebih baru, seperti pisau pemotong elektrik dan gunting elektrik tidak menggesernya dari pasaran. Bagaimapun juga, karena banyak produk akan mencapai tahap akhir kehidupannya, perusahaan harus senantiasa bekerja pada pengembangan produk-produk baru untuk menggantikan produk-produk lama.
Tidak semua produk akan
menjalani empat tahap PLC. Ada produk-produk yang langsung berpindah dari tahap
pengenalan ke tahap kejenuhan, tanpa melalui tahap pertumbuhan. Ada pula yang
bergerak dari tahap kejenuhan ke tahap pertumbuhan kedua, dan sebagainya.
Begitu juga dengan lama waktu PLC, akan berbeda-beda untuk jenis produk yang
berbeda. Di bidang industri farmasi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kehidupan rata-rata obat-obatan adalah selama sekitar 5 tahun, hanya untuk
jenis-jenis obat yang sangat kuar biasa efektivitasnya dapat dikecualikan dari
kehidupan rata-rata tersebut. Sehingga cukup beralasan bila banyak perusahaan
obat mengeluarkan dananya cukup besar untuk melakukan penelitian dan
pengembangan.
Strategi Pengenalan
Produk Tiga cara mendasar memandang proses pengenalan produk baru
1.
Menarik
Pasar (Market-Pull)
Menurut pandangan ini,
anda harus membuat apa yg harus dijual. Dalam hal ini produk baru ditentukan
oleh pasar dengan sedikit perhatian terhadap teknologi dan proses produksi yang
ada. Kebutuhan pelanggan dasar utama untuk memperkenalkan produk baru. Menurut
pandangan ini seseorang dapat menentukan jenis produk baru yg dibutuhkan
melalui penelitian pasar dan umpan balik pelanggan. Kemudian produk ini
diproduksi.
2.
Mendorong
Teknologi (Technology-Push)
Pandangan ini menyarankan
bahwa anda harus menjual apa yg anda dapat buat jadi produk baru diperoleh dari
teknologi produksi, dgn sedikit perhatian terhadap pasar. Ini merupakan tugas
pemasaran untuk menciptakan pasar dan menjual produk yg dibuat. Pandangan ini
dipengaruhi oleh penggunaan teknologi yang canggih dan kemudahan perubahan
operasi. Melalui penelitian dan pengembangan serta operasi yang agresif,
diciptakan produk yang superior dan memiliki keuntungan alami di pasar
3.
Antarfungsional
(Interfuction)
Antar fungsional (Interfunctional)
Produk baru memerlukan kerjasama diantara pemasaran, operasi, keterampilan
teknik, dan fungsi lainnya sehingga menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan
pelanggan dengan penggunaan teknologi yang memberikan manfaat terbaik. Untuk
kesuksesan inovasi produk atau jasa baru diperlukan kombinasi dari kedua model
pertama yaitu proses technical-linking dan need-linking. Selain
Proses
Pengembangan Produk Baru
Banyaknya perusahaaan
semakin menyadari bahwa pengembangan produk baru dan perbaikan produk secara
terus menerus merupakan kunci pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam kondisi persaingan modern, perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi
akan menghadapi risiko lebih besar untuk kehilangan pasarnya. Konsumen dan
industri pemakai selalu menginginkan produk baru dan produk lebih “baik” yang
dapat meningkatkan pemenuhan kepuasan mereka.
Masing-masing organisasi
mungkin menggunakan pendekatan yang berbeda untuk mengembangkan produk baru,
tetapi langkah-langkah yang diikuti dalam pengembangan produk baru biasanya
adalah sama. Gambar 2 menunjukkan proses pengembangan produk baru, yang terdiri
atas 5 (lima) langkah sebagai berikut:
1.
Pencarian gagasan. Sumber utama gagasan-gagasan produk baru adalah dari
pasar, atau teknologi yang telah ada. Gagasan-gagasan pasar merupakan berbagai
kebutuhan dan keinginan para konsumen (langganan) yang belum terpenuhi.
Identifikasi kebutuhan-kebutuhan pasar ini dapat mengarahkan pengembangan
teknologi dan produk baru untuk memenuhinya. Disamping itu, gagasan produk baru
dapat juga berasal dari observasi terhadap produk-produk sekarang, pendapat
para penyalur, para ahli, pesaing, orang-orang penjualan, dan manajemen puncak.
2.
Seleksi produk. Tidak semua gagasan harus dikembangkan menjadi
produk-produk baru. Gagasan produk baru perlu memenuhi paling tidak tiga
kriteria : (1) potensi pasar, (2) kelayakan finansial, dan (3) kesesuaian
operasi. Sebelum suatu gagasan produk baru dijadikan disain pendahuluan, maka
harus dianalisa atas dasar tiga kriteria tersebut.

Gambar 2 Proses Pengembangan Produk Baru
Tujuan analisis
seleksi produk adalah untuk menyaring gagasan-gagasan yang jelek, karena
menerima suatu gagasan jelek dan mengembangkannya menjadi suatu produk akan
membuat perusahaan rugi. Setelah pengembangan awal, analisis yang lebih
ekstensif dapat dilakukan melalui uji pasar dan operasi-operasi percobaan
sebelum keputusan filnal dibuat untuk memperkenalkan produk.
Untuk membantu
dalam analisis seleksi produk, beberapa metoda telah dikembangkan. Pertama
adalah metoda daftar penilaian (scoring)
yang menyangkut penyusuanan suatu daftar faktor-faktor penimbang dengan setiap
faktor diberi bobot. Faktor-faktor yang dipertimbangkan antara lain, sebagai
contoh, volume penjualan, perlindungan pantent, persaingan, tersedianya bahan
mentah, kualitas produk, risiko teknikal, atau kesesuaian dengan strategi umum
perusahaan. Kemudian produk dikatergorikan dari “sangat baik” sampai “sangat
jelek” untuk setiap faktor-faktor tersebut. Produk yang dipilih harus memenuhi
standar penilaian perusahaan. Bila total skor di atas tingkat minimum tertentu,
gagasan produk baru dapat dipilih untuk dikembangkan lebih lanjut. Metoda
“scoring” juga dapat digunakan untuk menentukan ranking beberapa alternatif
produk. Tabel 1 memberikan contoh tipe penilaian ini.
Tabel 1 Lembar Evaluasi Gagasan Produk

Bila produk lolos
prosedur penyaringan, maka analisis finansial yang lebih teliti terhadap
karakteristik biaya dan penghasilannya perlu dilakukan dengan perhitungan return on investment, atau sering
disebut project value index. Rumus
perhitungannya adalah sebagai berikut :

Dengan keterangan
RI = return
on investment.
PT = probabilitas keberhasilan teknikan ( 0 ≤
PT ≤ 1 ).
PC = probabilitas keberhasilan komersial dalam
pasar ( 0 ≤ PC ≤ 1 ).
AV = volume tahunan (penjualan produk total
dalam unit).
P = kontribusi laba per unit produk yang
dijual dalam rupiah (yaitu, harga minus biaya).
L = waktu kehidupan produk dalam tahun.
TDC = biaya pengembangan produk total dalam
rupiah.
RI secara
sederhana merupakan marjin laba yang diproyeksikan dibagi dengan investasi
total yang diperlukan bagi pengembangan produk.
Kedua
metoda diatas harus digunakan dengan hati-hati karena estimasi-estimasinya
cenderung bersifat sangan subyektif. Manajemen senantiasa juga perlu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat pengecekan atas keputusan-keputusan
penyaringan produk baru, karena semakin dikenalnya metoda diseluruh organisasi,
maka hampir semua produk baru secara rutin akan lolos uji penyaringan ini.
3. Disain
produk pendahuluan. Tahap proses
disain produk ini bersangkutan dengan pengembangan disain terbaik bagi gagasan
produk baru. Apakah hal ini merupakan tahap terpisah dalam urutan
kegiatan-kegiatan disain atau tidak, disain pendahuluan biasanya dicurahkan
untuk pengembangan beberapa alternatif disain yang memenuhi ciri-ciri
konsepsual produk terpilih. Sebagai contoh, bila perusahaan manufaktur
memutuskan untuk memproduksi lemari es, pertanyaan-pertanyaan tentang model,
kapasitas penyimpanan, ukuran motor, dan sebagainya, akan dihadapinya. Selama
disain pendauhuluan, perusahaan juga perlu menetapkan atribut-atribut kunci
produk, yaitu reliabilitas (frekuensi kerusakan komponen-komponen),
maintainability (kemudahan untuk reparasi dan pemeliharaan), dan umur kehidupan
produk (antisipasi periode penggunaan).
Bila disain pendahuluan disetujui, bagian
penelitian dan pengembangan produk perusahaan kemudian perlu membuat
prototype-prototype untuk pengujian dan analisis selanjutnya. Dalam hal ini,
perusahaan akan menghadapi “trade offs”
antara biaya, kualitas dan nilai produk (lihat dibelakang). Hasilnya seharusnya
berupa disain produk yang dapat bersaing di pasar dan dapat diproduksi melalui
operasi-operasi perusahaan.
4. Pengujian
(testing). Pengujian
terhadap protoype-prototype ditujukan pada pengujian pemasaran dan kemampuan
teknikal produk. Satu cara untuk menilai potensi pemasaran adalah dengan
melakukan uji pasar. Protoype produk baru dilempar ke sekelompok konsumen untuk
dicoba, guna mengetahui pendapat mereka. Maksud uji pasar ini adalah untuk
mendapatkan data kuantitatif tentang pendapat konsumen terhadap suatu produk
baru.
Di
samping itu, prototype juga harus diuji secara teknik untuk mengetahui
kemampuan teknikal produk baru sebelum manajemen menyetujui disain produksi
akhir.
5.
Disain akhir (final). Dalam tahap disain akhir,
spesifikasi-spesifikasi produk dan komponen-komponennya dan gambar-gambar
perakitan disusun, yang memberikan basis bagi proses produksinya. Sebagai hasil
pengujian prototype, perubahan-perubahan tertentu mungkin perlu dimasukkan
dalam disain akhir. Bila perubahan-perubahan dilakukan, produk hendaknnya diuji
kembali untuk menjamin nilai produk.
Bagi perusahaan-perusahaan jasa, tahap disain akhir
bersangkutan dengan penetapan standar-standar dan prosedur-prosdur pelayanan.
Sebagai contoh, dalam kasus sebuah bank, standar waktu tunggu berbagai tipe
pelayanan bank dapat ditentukan.
Pengembangan produk baru ini bukanlah pekerjaan yang
mudah, karena adanya berbagai hambatan, antara lain :
1.
Kurangnya
gagasan (ide) pengembangan produk baru yang baik.
2.
Kondisi
pasar yang semakin bersaing, karena banyaknya pesaing dan berbagai produk
substitusi.
3.
Batasan-batasan
yang semakin bertambah dari masyarakat dan pemerintah. Sebagai contoh,
perlindungan akan keselamatan lingkungan, dan keamanan pemakaian produk.
4.
Biaya
proses pengembangan produk yang sangat mahal ; karena untuk dapat menghasilkan
beberapa produk baru, perusahaan harus mengembangkan sejumlah besar gagasan
produk baru. Dan dari sejumlah besar gagasan ini hanya sedikit yang sukses
diperkenalkan ke pasar sebagai produk. David Uman telah menggambarkan proses
eliminasi ini secara grafik dalam gambar 2-3. Studinya tentang mortalitas
(keguguran) gagasan-gagasan produk baru pada 51 perusahaan menunjukkan bahwa
hanya ada satu dari 60 gagasan produk baru yang menghasilkan suatu produk yang
sukses. Pengurangan gagasan terbesar terjadi sebelum disain pendahuluan mulai.
Jadi, perusahaan harus lebih menitik beratkan perhatiannya pada tahap seleksi
produk awal dan analisis yang berhubungan dengan tahap ini.
5.
Tingginya
tingkat kegagalan produk baru dalam pemasarannya, karena ternyata tidak
memenuhi pengharapan konsumen atau tidak dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan kinsumen.
6.
Jangka
waktu kehidupan produk baru yang pendek, karena setelah produk baru secara
komersial sukses, maka dalam waktu singkat banyak perusahaan lain meniru dan
membanjiri pasar dengan produk mereka.

Gambar 3
Mortalitas
gagasan-gagasan produk
Break Event Point:
1.
Fixed
Cost suatu Toko Sepatu MDA: Rp. 500.000,- Variable Cost Rp. 10.000,-/unit.
Harga jual Rp. 20.000,-/unit.
Maka
BEP per unitnya adalah
BEP
= 

BEP
= 

=
50 unit
Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit
sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 51, maka
toko itu mulai memperoleh keuntungan.
2.
Perusahaan
kursi ABC menghasilkan kursi dengan data sebagai berikut:
Biaya
tetap Rp 50.000/tahun
Biaya
variabel Rp 2.000/kursi
Kapasitas 20.000 kursi/tahun
Harga
jual Rp 7.000/kursi
a.
Hitunglah
BEP dalam jumlah kursi!
b.
Berapa
jumlah kursi yang harus diproduksi untuk memperoleh laba Rp30.000/tahun?
c.
Berapa
biaya tetap/kursi pada penggunaan kapasitas sebesar 75%?
Jawab:
a.
BEP
dalam jumlah kursi:


= 

= 10.000 kursi
b.
Laba
yang diinginkan Rp30.000/tahun:

= 

= 

= 16.000 kursi.
c.
Kapasitas
75% = 0,75 X 20.000 kursi.
= 15.000 kursi/tahun.
Liner Programing: Metode Grafik
Perusahaan
konveksi “Indah”. Memproduksi dua buah produk yaitu produk jaket dan kemeja. Beberapa
persoalan yang perlu diperhatikan adalah:
a.
Untuk
memproduksi kemeja, diperlukan 20 menit mesin I, 10 menit mesin II, 40 menit
penghalusan dan 20 menit proses finishing. Sedangkan untuk memproduksi jaket
diperlukan 50 menit mesin I, 30 menit mesin II, 10 menit penghalusan dan 20
menit finishing.
b.
Kapasitas
maksimum masing-masing mesin adalah:
-
Mesin
I 1000
menit
-
Meisn
II 600 menit
-
Proses
penghalusan 800 menit
-
Proses
finishing 800 menit
c.
Potensi
keuntungan yang akan diperoleh adalah Rp300 untuk kemeja dan Rp400 untuk jaket
Pimpinan
perusahaan tersebut minta tolong kepada saudara untuk mencari berapa kombinasi
produksi yang paling optimal, dan jumlah keuntungan yang diperoleh.
Jawab:
Misal : produksi
kemeja = X, sedang
Produksi jaket = Y.
Fungsi
batasan yang ada:
-
Mesin
I : 20X + 50Y = 1000
-
Mesin
II : 10X + 30Y = 600
-
Proses
penghalusan : 40X + 10Y = 800
-
Proses
finishing : 20X + 20Y = 800
Fungsi tujuan:
Z = Rp300 (X) + Rp400 (Y)
Dari data di atas dapat digambarkan secara grafik
sebagai berikut:

Dalam gambar diatas terlihat bahwa posisi keuntungan
maksimum terdapat pada perpotongan antara fungsi :
40X + 10Y = 800 x (1) --------------- 40X + 10Y = 800
20X + 50Y = 1000 x (2) -------------- 40X + 100Y =
2000 _
-90Y
= -1200
Y = 13,33
= 13 Unit
40X + 10Y = 800
40X + 130 = 800
40X = 670
X = 16,75
X = 17 Unit (dibulatkan ke atas)
Kombinasi produksi
yang optimal:
Kemeja = 17
Unit
Jaket = 13 Unit
Keuntungan = 17
(Rp300) + 13 (Rp400)
= Rp5100 + Rp5200
= Rp10300
Sumber Internet:
Iqbalhabibie.staff.gunadarma.ac.id
; diakses pada 9 Maret 2017
https://www.coursehero.com/file/p4km9vj/3-Antar-fungsional-Interfunctional-Produk-baru-memerlukan-kerjasama-diantara/
; diakses pada 10 Maret 2017
http://lestachi.blogspot.co.id/2013/04/perencanaan-dan-perancangan-produk.html
; diakses pada 11 Maret 2017
Sumber Buku:
Handoko
T. Hani, Dasar-dasar Manajemen Produksi
dan Operasi, edisi 1, BPFE - Yogyakarta, 2012
Handoko
T. Hani, Manajemen Produksi dan Operasi
Latihan Pemecahan Soal, edisi 3, BPFE – Yogyakarta, 2012